Pada jam 03.00 hari Selasa 8 Desember 2015 bertepatan dengan 26
Shafar 1437 H., Kyai Muhammad Amin Hasan Syuhud meninggal dunia dalam
usia 57 tahun. Beliau meninggal di Pamekasan, Madura tempat ia tinggal
bersama istri dan kesembilan putranya.
KH. M. Amin Hasan adalah putra pertama dari pasangan KHM. Syuhud
Zayyadi dan Ny. Hj. Masluhah Muzakki. Ia lahir di Jalan Murcoyo 180
Gondanglegi, Malang. Pada saat itu, Kyai Syuhud masih tinggal di
Gondanglegi bersama Ny. Hj. Masluhah. Baru pada tahun 1963, Kyai Syuhud
pindah ke Karangsuko dan mendirikan pesantren Al-Khoirot putra.
Pendidikan
Seperti umumnya para putra Kyai Syuhud, pendidikan pertama Amin Hasan
kecil adalah di
rumah. Ia belajar mengaji Quran pada ibu dan ayah. Pada
saat Sekolah Dasar di pagi hari, ia juga pada siang harinya sampai sore
belajar di Madrasah Diniyah Al-Khoirot dan lulus bersamaan dengan
lulusnya pendidikannya di Sekolah Dasar. Selama dalam jenjang pendidikan
dasar ini, ia juga belajar ilmu dasar bahasa Arab (Nahwu dan Sharat)
dan fiqih dasar pada ayahnya.
Almarhum KH. Amin Hasan Syuhud (1958-2015) |
Setelah lulus SD, Amin muda melanjutkan pendidikan ke SMP (Sekolah
Menengah Pertama) negeri Kepanjen dan dilanjutkan ke SMA Negeri di
Malang mengambil jurusan IPA. Konon, rencana Kyai Syuhud setelah lulus
dari SMA akan dilanjutkan ke AKABRI. Selama menempuh studi di SMP dan
SMA, ia tak lupa menyempatkan waktu untuk terus menghafal Al-Quran.
Namun takdir menentukan lain, Amin muda kemudian tidak jadi
melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi dan berputar haluan
mengambil jurusan agama ke Makkah Al-Mukarromah. Salah satu sebabnya
adalah karena saat itu ia menjadi calon menantu dari KH.Ahmad Mahfudz,
pengasuh Pondok Pesantren Bata-bata.
Studi Agama di Makkah
Selama sekitar 5 tahun berada di Makkah, ia belajar pada beberapa
masyayikh Ahlussunnah yang ada di Makkah seperti Sayyid Muhammad bin
Alwi Al-Maliki, Syaikh Ismail Al-Yamani dan beberapa masyayikh di Ma’had
Sholatiyah.
Beliau dikenal sangat tekun dan fokus dalam belajar sehingga dalam
waktu yang tidak terlalu lama ia menguasai hampir semua ilmu agama
tingkat lanjut terutama tafsir dan hadits-hadits.
Menikah dan Tinggal di Madura
Setelah 5 tahun berada di Makkah, ia kembali ke tempat kelahirannya
di Ponpes Al-Khoirot Malang sebelum akhirnya menetap di Akor, Pamekasan
Madura bersama istri dan putra-putrinya dan menjadi keluarga besar
Pesantren Bata-bata Pamekasan.
Pengabdian
Kyai Amin Hasan dikenal sebagai sosok yang sangat komitmen pada agama
dan keilmuan. Pada tahun-tahun awal di Pamekasan, ia mengajar kitab di
Pesantren Bata-bata dan menjadi dosen di Sekolah Tinggi Al-Khairat,
Pamekasan. Selain itu, ia juga pernah aktif sebagai anggota MUI
Pamekasan.
Secara berkala ia juga ikut aktif pada gerakan Jamaah Tabligh (JT)
dan melakukan khuruj (keluar) ke beberapa tempat di Indonesia.
Walaupun ia lebih banyak aktif di Madura, namun ia tetap berstatus
sebagai salah satu Dewan Pengasuh Konsultatif Pondok Pesantren
Al-Khoirot. Dan untuk ini ia secara berkala berkunjung ke Al-Khoirot
untuk melihat dinamika dan memberi saran dan nasihat berharga.
Sosok Sederhana dan Tak Cinta Dunia
Menurut Kyai Zuhri Zaini, pengasuh Ponpes Nurul Jadid Paiton, yang
memberi sambutan terakhir pada saat pemakaman, Kyai Amin dikenal sebagai
sosok yang sederhana yang tidak cinta dunia dan bahkan seperti tidak
terpikir untuk mencari harta. Hari-harinya disibukkan untuk belajar,
mengajar dan berdiskusi dengan sesama ulama Madura dan berdakwah melalui
JT.
Pada hari Selasa, 8 Desember 2015, Kiai Amin Hasan menghembuskan
napasnya yang terakhir menemui Rabb-nya meninggalkan 9 putra-putrinya
sementara istrinya sudah meninggal beberapa tahun sebelumnya.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga semua amalnya diterima di sisi
Allah. Amin.
0 Komentar